TUGAS MANAJEMEN OPERASIONAL
“RETURN ON EQUITY”
DISUSUN OLEH :
HENDRI KUSWANTO ( 15020071 )
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI MANAJEMEN BISNIS INDONESIA
DEPOK
A. Pengertian
Sebelum kita mempelajari tentang
ROE ( Rasio On Equity ) alangkah baiknya kita mengetaui dulu rasio
profitabilitas, karena ROE merupakan bagian dari rasio profitabilitas itu
sendiri. Oleh karena itu, saya disini akan menjelaskan terlebih dahulu tentang
rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas ialah merupakan rasio utama dalam seluruh laporan keuangan,
karena tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi/ keuntungan. Keuntungan
adalah hasil akhir dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen. Rasio
keuntungan akan digunakan untuk mengukur keefektifan operasi perusahaan
sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan.Rasio
profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna laporan tahunan, khususnya
investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan
satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek
/ sekuritas. Pengukuran dan peramalan laba
merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi
kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran bunga dan
pokok.
Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Profitabilitas dalam hubungnya dengan penjualan terdiri atas margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba bersih (net profit margin). Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi terdiri atas tingkat pengembalian atas aktiva (return on total assets) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (return on equity).
Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Profitabilitas dalam hubungnya dengan penjualan terdiri atas margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba bersih (net profit margin). Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi terdiri atas tingkat pengembalian atas aktiva (return on total assets) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (return on equity).
B.
Jenis Rasio profitabilitas terdiri dari :
1. Gross Profit Margin
Gross profit margin mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.Profitabilitas dalam ukuran gross profit margin yang dimaksut adalah rasio penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold) dengan nilai penjualan bersih perusahaan
Gross profit margin mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.Profitabilitas dalam ukuran gross profit margin yang dimaksut adalah rasio penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold) dengan nilai penjualan bersih perusahaan
Rasio ini memberitahu kita laba dari perusahaan yang
berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi
barang yang dijual. Rasio tersebut merupakan pengukur efisiensi opersi
perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya.
Dengan kata lain rasio ini menunjukkan laba bruto per rupiah dari penjualan
yang dilakukan. gross profit margin sebesar 3 berarti bahwa setiap Rp1
penjualan menghasilkan keuntungan bruto sebesar Rp 3.
Gross Profit Margin = Net Sales - Cost of Goods Sold
Net sales
Gross Profit Margin = Net Sales - Cost of Goods Sold
Net sales
2. Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Besarnya perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.Rasio ini menunjukkan keuntungan bersih per rupiah penjualan. net profit margin 3 % berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 0,03. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
Net Profit Margin = Laba bersih setelah pajak
Net
sales
3. Operating Ratio
Operating ratio menunjukkan berapa biaya yang dikorbankan dalam penjualan atau berapa persentase biaya yang dikeluarkan dalam penjualan. Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Operating ratio sebesar 90 % berarti bahwa setiap rupiah penjualan mempunyai biaya operasi Rp 0,9.
Rumus operating ratio adalah sebagai berikut ;
Operating Ratio = Cost of goods sold
Net Sales
4. ROI ( Return On Invesment )
ROI ( Return On Invesment ) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik, demikian juga sebaliknya.
Rumus dari ROI ( Return On Invesment ) adalah sebagai berikut :
Net profit after tax
ROI (Return on Investment) = ------------------------------
Total Asset
5. ROA ( Return On Total Assets )
ROA ( Return On Total Assets ) merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.ROA juga menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan.
Operating ratio menunjukkan berapa biaya yang dikorbankan dalam penjualan atau berapa persentase biaya yang dikeluarkan dalam penjualan. Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Operating ratio sebesar 90 % berarti bahwa setiap rupiah penjualan mempunyai biaya operasi Rp 0,9.
Rumus operating ratio adalah sebagai berikut ;
Operating Ratio = Cost of goods sold
Net Sales
4. ROI ( Return On Invesment )
ROI ( Return On Invesment ) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik, demikian juga sebaliknya.
Rumus dari ROI ( Return On Invesment ) adalah sebagai berikut :
Net profit after tax
ROI (Return on Investment) = ------------------------------
Total Asset
5. ROA ( Return On Total Assets )
ROA ( Return On Total Assets ) merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.ROA juga menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi
semua investor. Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan efektivitas dari
manajemen dalam menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan asset
perusahaan. ROA ( Return On Total Assets ) 20% berarti setiap Rp 1 modal
menghasilkan keuntungan Rp 0,2 untuk semua investor. Nilai ROA yang semakin
mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap
aktiva yang ada dapat menghasilkan laba.
Rumus dari ROA ( Return On Total Assets ) adalah :
Net Income
ROA(Return on Assets) = ----------------------------------
Average total Assets
Rumus dari ROA ( Return On Total Assets ) adalah :
Net Income
ROA(Return on Assets) = ----------------------------------
Average total Assets
6. ROE ( Return On Equity )
ROE ( Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal
sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.
ROE sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk
perusahaan kecil tentu memiliki modal yang relative kecil, sehingga ROE yang
dihasilkanpun kecil , begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.
Return on equity (ROE) adalah jumlah
imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan dinyatakan dalam bentuk
persen. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu emiten dalam menghasilkan
laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. ROE
dinyatakan dalam persentase dan dihitung dengan rumus:
ROE ( Return On Equity ) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005:225). Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.
Definisi rentabilitas modal sendiri (ROE) menurut Bambang Riyanto (2001:44) sebagai berikut “Return On Equity adalah perbandingan antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.”
Agnes Sawir (2001:20) mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas pemilik sebagai berikut :“Adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Networth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.”
Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004:64) mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik sebagai berikut :“Tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat ukur dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.”
J.Fred.Weston dan Thomas E. Copeland (2002:241) mengatakan bahwa “rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir.”
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham atas modal yang telah mereka investasikan.
Menurut Tandelilin (2002:269),”ROE(Return On OwnersEquity
)mereflesikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang
telah diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba
yang telah ditahan)”.
ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang
saham , dan juga bagi manajemen Karen arsio tersebut merupakan ukuran atau
indicator penting dari shareholders value cration, artinya semakin tinggi rasio
ROE , semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya
tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.
Menurut Brigham, Enrhardt (2005:225), “ROE ( Return On Equity ) mengukur daya perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham”.
Menurut Gibson ( 2001:294),” Return On Equity measures the return to the common stockholders the residual owner”. Pengembalian laba atas ekuitas yang terdiri dari saham biasa (Return On Common equity) merupakan alat ukur terhadap pengembalian laba kepada pemegang saham biasa.
Menurut Brigham, Enrhardt (2005:225), “ROE ( Return On Equity ) mengukur daya perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham”.
Menurut Gibson ( 2001:294),” Return On Equity measures the return to the common stockholders the residual owner”. Pengembalian laba atas ekuitas yang terdiri dari saham biasa (Return On Common equity) merupakan alat ukur terhadap pengembalian laba kepada pemegang saham biasa.
Rasio ini menggambarkan berapa persen diperoleh laba bersih
bila diukur dari modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena
berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya.
Rumus ROE ( Return On Equity ) adalah sebagai berikut :
Return On Equity = Laba Bersih Ekuitas
Rumus ROE ( Return On Equity ) adalah sebagai berikut :
Return On Equity = Laba Bersih Ekuitas
Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah modal yang tersedia secara efisisen untuk menghasilkan pendapatan.
Seperti rasio keuangan tradisional pada umumnya, ROE tidak mempertimbangkan unsur resiko dan jumlah modal yang diinvestasikan karena ROE hanya melihat sisi laba dan jumlah saham yang beredar.
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pengembalian Ekuitas Pemilik (ROE)
- · Net Income
Laba bersih sangat penting bagi kelangsungan usaha suatu
perusahaan karena merupakan sumber dana yang diperoleh dari aktivitas operasi
perusahaan tersebut. Laba bersih juga seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam
menilai kinerja suatu perusahaan, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Ikatan
Akuntan Indonesia (1999:94) : Penghasilan bersih (laba bersih) seringkali
digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain
seperti ROE atau earning per share. Unsur-unsur yang langsung berkaitan
dengan pengukuran laba adalah penghasilan atau beban.
- Ekuitas (Equity)
Ekuitas (Equity) merupakan jumlah modal yang
menggambarkan hak kepemilikan seseorang atas aset perusahaan. Nah, dari ekuitas
inilah diketahui berapa besar kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan.
Dalam laporan keuangan, ekuitas bisa kita temui pada Laporan Posisi Keuangan
(Neraca). Ketika kita mau membuka usaha tetapi tidak ada modal maka usaha tidak
akan berjalan, modal adalah harta awal saat kita mau membuka usaha.
jenis-jenis ekuitas, yaitu:
Ø Modal yang disetor
Ø Laba ditahan
Ø Dividen
Ø Saham
7. Laba
Per Lembar Saham ( Earning Per Share/EPS )
Dalam lingkaran keuangan alat ukur yang paling
sering digunakan adalah Earning Per Share/(EPS).Angka yang ditunjukkan dari EPS
inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang
menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public), karena
investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang
penting untuk memprediksi mengenai besarnya deviden persaham dikemudian hari
dan tingkat pengembalian saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan
untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembagian deviden.
Menurut Tandelilin (2001:241), “
Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang
siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan”.
Berdasarkan PSAK No 56 mengharuskan
perusahaan untuk menghitung EPS dilusian, karena saham biasa memiliki efek
dilusi artinya perusahaan mempertimbangkan semua efek berpotensi saham biasa
yang beredar dalam suatu periode, seperti efek utang (debt securites), waran
atau opsi saham, kebijakan kepegawaian, dan saham-saham yang akan diterbitkan
saat terpenuhinya kondisi- kondisi tertentu, seperti kontrak pembelian aktiva
atau usaha lainnya
Dalam PSAK No 56 angka 09, “ Laba
per saham dilusian (LPS dilusian) adalah jumlah laba pada suatu periode
yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan
dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa
yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.
EPS dilusi dapat dihitung dengan rumus :
Net income available to common stockholders
EPS = -----------------------------------------------------------------
Weighted average outs tan ding commonstock
EPS dilusi dapat dihitung dengan rumus :
Net income available to common stockholders
EPS = -----------------------------------------------------------------
Weighted average outs tan ding commonstock
Earning Per Share (EPS) merupakan
komponen penting pertama yang
harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. EPS
merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar
saham (Tjiptono dan Hendry, 2001 : 139).
Pada umumnya manajemen perusahaan,
pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per
Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospekearning perusahaan. di masa
depan. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar,
karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan
(Lukman Syamsudin, 1992 : 66).
Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan pemegang saham,
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Besarnya
Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan. bisa diketahui dari informasi laporan
keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan
laporan rugi laba perusahaan. Earning per share atau laba per lembar saham
adalah suatu analisis yang penting di dalam laporan keuangan perusahaan.
Earning per share memberikan informasi kepada para pihak luar (ekstern)
seberapa jauh kemampuan perusahaam menghasilkan laba untuk tiap lembar yang
beredar.
Pada umumnya dalam menanamkan
modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba
per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang
didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam
hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat
kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang
dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut
mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham,
sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan
bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan
oleh pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat diartikan sebagai
berikut :
Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) laba per lembar saham ( ESP ) adalah :“Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per each share of company’s outstanding common stock.”(Laba Per Saham, juga disebut laba bersih per saham, adalah jumlah pendapatan yang diterima per setiap saham biasa yang beredar perusahaan).
Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) laba per lembar saham ( ESP ) adalah :“Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per each share of company’s outstanding common stock.”(Laba Per Saham, juga disebut laba bersih per saham, adalah jumlah pendapatan yang diterima per setiap saham biasa yang beredar perusahaan).
Menurut Besley dan Brigham ( 2000:83 ) laba per lembar saham
(EPS), adalah : “Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that
of all the items of on the income statement.”(Laba Per Saham disebut garis bawah yang
menunjukkan bahwa dari semua item pada laporan laba rugi).
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.
Penilaian Laba Perlembar Saham ( EPS )
Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba.
Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba.
Neraca menunjukan posisi kekayaan, kewajiban financial dan
modal sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa
penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang
diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama 1 tahun).
Alasan mengapa laba per lembar saham (EPS) disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk ( 2000:14 ) adalah :
“Jumlah absolute laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar sahm (EPS).”Sedangkan perhitungan laba per lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk ( 2001:15 ) adalah :
“Jika sebuah perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Jika ada saham preferen sebelum di bagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.”
Alasan mengapa laba per lembar saham (EPS) disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk ( 2000:14 ) adalah :
“Jumlah absolute laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar sahm (EPS).”Sedangkan perhitungan laba per lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk ( 2001:15 ) adalah :
“Jika sebuah perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Jika ada saham preferen sebelum di bagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.”
Hubungan Laba perlembar Saham
Terhadap Perubahan Harga Saham
Penelitian di Indonesia mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden mengandalkan laporan keuanagn. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba perlembar saham (Triyono dan Jogiyanto,2004:24).
Triyono (1998) menguji informasi arus kas dari aktivitas pendanaan, investasi, operasi, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham. Sampel pada penelitian yang di lakukan adalah 34 perusahaaan manufaktur yang Go Public di BEJ, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara arus kas, maupun ketiga komponen adalah return saham.
Dalam prakteknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS.
2. Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek.
3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham.
Penelitian di Indonesia mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden mengandalkan laporan keuanagn. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba perlembar saham (Triyono dan Jogiyanto,2004:24).
Triyono (1998) menguji informasi arus kas dari aktivitas pendanaan, investasi, operasi, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham. Sampel pada penelitian yang di lakukan adalah 34 perusahaaan manufaktur yang Go Public di BEJ, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara arus kas, maupun ketiga komponen adalah return saham.
Dalam prakteknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS.
2. Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek.
3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham.
Laba per-saham
: Perhitungan dan Analisis
Laba per saham
(earnings per share-EPS) sangat banyak digunakan dalam mengevaluasi kinerja
operasi dan profitabilitas suatu perusahaan. Dilusi (dilution) merupakan
pengurangan laba per saham atau peningkatan kerugian per saham yang berasal
dari efek dilutive yang dikonversi menjadi laba per saham, eksekusi opsi dan
waran, atau pengeluaran saham tambahan sesuai dengan kontrak tertentu.
1) Struktur Modal Sederhana
Struktur Modal
Sederhana hanya terdiri atas saham biasa dan efek yang tidak dapat dikonversi
dan tidak memiliki efek dilusi yang potensial. Untuk perusahaan dengan struktur
modal sederhana, diwajibkanpenyajian satu laba per saham yang dihitung sebagai
berikut :
EPS
= Laba operasi -
Dividen saham
prioritas
Rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar
2). Perhitungan
Dasar
Earning per share pada dasarnya
dihitung melalui perhitungan berikut ini:
EPS
= Laba operasi - Dividen saham
prioritas
Rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar
Contoh:
Pada tanggal 1 januari 19X1, PT
"HISAM" mempunyai saham beredar 10.000 lembar saham biasa dan 2.000
lembar saham prioritas kumulatif, tidak partisipatid 10% nominal Rp 100,00.
Setiap tahun dibayarkan dividen sahan prioritas. Pada tanggal 1 juli 19X1,
dijual saham baru 1.500 lembar saham biasa dan pada 1 oktober 19X1 dibeli
sebagai saham treasury 1.000 lembar saham biasa. Laba tahun 19X1 adalah Rp
125.000,00.
Earning per
share
= Rp 125.000,00 - Rp
20.000,00*) = Rp. 10,00
10.500 lembar **)
keterangan
*) Rp 100,00 x 2.000 lembar x 10% = Rp
20.000,00.
**
1 januari - 30 juni = 10.000 X 6/12 = 5.000
1 juli - 30 september = 11.500 x 3/12 = 2.875
1 oktober - 31 desember = 10.500 x 3/12 = 2.625
Rata-rata saham beredar = 10.500 lembar
Daftar Pustaka
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-rasio-profitabilitas.html
Gitman,Lawrance.J, 2003. Principle
of Managerial Finance, Ten edition, Pearson education, inc.,United states
Van Horne, James C. Dan M.Jhon
Wachowicz, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen keuangan, Diterjemahkan oleh
Aria Farahmita, Amanugrani, dan Taufik Hendrawan, edisis kedua belas,
PT.Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta.
Abdullah,M.Faisal, 2005. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan, edisi kedua , Universitas Muhamadiyah , Malang.
Syahyunana, 2004. Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis
dan Pengendalian Keuangan),
USU Press, Medan
Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
BalasHapusJika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)